Ekspor furnitur Jepara seperti set kursi jati Jepara serta bahan baku furnitur Jepara ke luar negeri terus mengalami peningkatan. Angka ekspor dari Jepara meningkat dari US $ 110 juta menjadi US $ 150 juta dalam satu tahun. Jumlah ekspor dari Jepara adalah 10 persen dari total ekspor nasional, yakni 1,5 miliar dolar AS.
Herry Purnomo, pemimpin Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR), sebuah lembaga yang bergerak dalam penelitian kehutanan global, mengatakan bahwa meskipun dunia furnitur mulai mengalami kesulitan dengan pekerja, nilai ekspor Furniture Jepara tetap tinggi.
Permintaan ekspor dari dari luar juga sangat bervariasi, mulai dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan India hingga Uni Eropa, Amerika, Timur Tengah dan Australia. Peningkatan angka ekspor tidak terlepas dari jumlah pengrajin Jepara yang bertahan.
Pada tahun 2007, pengrajin ukir dari Jepara dapat digolongkan menjadi 7 kategori dengan total 15.000 pengrajin. Namun pada 2010, jumlah mereka turun menjadi 11.481 pengrajin. Penurunan jumlah pengrajin tidak dapat dipisahkan dari seleksi alam, serta jumlah spekulan di industri.
Setelah diperikasa, ternyata industri mebel furniture jepara memiliki banyak spekulan, dan spekulan ini banyak mengisi pasar. Tetapi jumlah spekulan tersebut cenderung dinamis, kadang mengalami peningkatan dan kadang mengalami penurunan.
Sejak penerapan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK), jumlah pemain furnitur semakin terlihat.
Jadi jumlah spekulan yang menghilanglah yang membuat jumlah pengrajin mengukir terlihat berkurang, tetapi jumlah ekspor selalu naik setiap tahun.
Sebelumnya, neraca perdagangan Jawa Tengah ke Uni Eropa, terutama ke Denmark, mengalami peningkatan yang signifikan sepanjang tahun 2015. Ekspor sejumlah produk, terutama furnitur, diterima dengan baik di negara tersebut. Total ekspor ke Denmark selama 2015 mencapai 7,1 juta dolar AS. Jumlah ini disumbangkan oleh kategori furnitur, kayu olahan dan filamen buatan. Nilai ini diyakini meningkat karena produk kayu Indonesia dapat memasuki Eropa tanpa melalui proses uji tuntas.